Kamis, 03 September 2015

Album Foto yang Telah Usang

Selasa, 18 Agustus 2015, 14:30 WIB
Masih pada hari yang sama, cuaca yang masih tetap panas dan cerah. Seketika aku memandang ke luar, aku selalu merasa ada hal yang hilang dan aku rindukan. Entah itu benda atau orang. Tapi sepertinya aku merindukan seseorang. Seseorang yang mungkin sudah hilang hatinya untukku. Apakah aku masih berhak merasakan hal ini? Aku rasa masih dan itu wajar, ya dan aku pun tidak ingin munafik. Entahlah aku tidak ingin memikirkan apakah ia merasakan hal yang sama atau tidak. Dalam hal ini aku ingin menjadi orang yang egois yang hanya memikirkan perasaanku saja, karena ini ceritaku bukan ceritanya, ini yang aku rasakan bukan yang ia rasakan, bagaimana alur ceritanya itu terserah pada diriku yang bercerita. Hei kau! Iya kau yang sedang aku bicarakan! Jika ingin menyanggah buatlah ceritamu sendiri.
Sesungguhnya di sisi lain aku benci merasakan hal ini, aku berpikir apa manfaatnya untukku selain melatih kekuatan ingatanku? Apa ini akan mengembalikan semuanya yang telah hilang? Walaupun bisa, pasti tidak akan sama seperti sebelumnya. Aku merasa menyerah tapi aku tidak merasa menjadi orang bodoh. Jika aku merasa demikian, mungkin aku tidak dapat membuat coretan ini. Aku lelah terus menerus memikirkannya, memikirkan ia dan segala kenangannya. Bahkan ketika tulisan ini dibuat aku masih memikirkannya. Untuk kau yang sedang aku bicarakan, bisakah kau hilang? Maksudku, hilang menjadi salah seorang yang selalu aku rindukan. Tuhan menciptakanmu dan meciptakanku untuk dapat bersama meskipun hanya sekejap mata. Entah apa yang Tuhan rencanakan, yang aku tahu adalah untuk membuatku belajar mengenal orang sepertimu dan mengenangmu ketika kehilangan.
Jika diibaratkan, kau itu adalah album foto yang telah usang. Kau telah lama menjadi bagian hidupku dan aku masih mengenangnya, meskipun sejatinya kau hadir hanya sekejap mata tapi aku berhasil menangkap segala hal ketika bersamamu sampai kau menjadi hal yang membuatku bosan dan ingin membersihkannya. Akan tetapi, aku tidak bisa membersihkannya, aku ingin mempertahankan ke-usangan tersebut dalam pikiranku sampai benar-benar usang. Dan jika di tahun 2099 warna dari setiap foto yang ada dalam album tersebut sulit untuk dibedakan karena sudah terlalu pudar bahkan lapuk. Begitupun dengan perasaanku padamu, biarlah itu menjadi pudar dengan sendirinya. Aku tidak ingin memaksakan bahwa aku harus melupakanmu dengan cepat. Itu tidak akan membuat semuanya baik-baik saja, tapi hanya akan membuatku membencimu. Dan kau tahu kebencian bukanlah hal yang disukai oleh Tuhan. Ingatlah pada awal paragraf cerita ini, aku ingin bersikap egois, aku tidak ingin memikirkan perasaanmu, biarlah hal ini berjalan dengan sendirinya tanpa perlu aku kendalikan.
Hei kau album foto yang telah usang! Bolehkah aku tahu kabarmu? Apa kau juga ingin tahu kabarku? Ketika aku merindukanmu, kau ingin tahu apa yang aku lakukan? Coretan ini adalah salah satu saksi ketika aku merindukanmu. Di sisi lain aku penasaran apakah yang kau rasakan, tapi biarlah itu menjadi rahasia hatimu bersama Tuhan. Aku tidak ingin ikut campur.
Hei kau album foto yang telah usang! Bisakah aku minta tolong sekali ini saja? Tolong do’akan aku bahagia dalam menjalani hidup, bahkan ketika aku merindukanmu kemudian memikirkanmu aku ingin merasa bahagia. Kau ingin tahu, aku sangat bahagia ketika mengenalmu bahkan sampai saat ini ketika kau tidak bersamaku, aku masih merasakan kebahagiaan itu. Mungkin ini terlihat konyol dan terlalu berlebihan, tapi biarlah ini ceritaku bukan ceritamu, aku ingin egois.

Aku teringat dengan kata-kata Pidi Baiq, katanya: “mantan adalah orang yang harus kau cintai, biar waktu dulu kau pernah bilang cinta itu gak bohong”. Dan memang benar aku mencintaimu itu tidak bohong. Sampai saat ini perasaanku padamu tetap sama. Sama seperti Milea yang sampai saat ini masih mencintai Dilan meskipun ia telah berkeluarga. Entah hukumnya seperti apa, itu haknya. Aku pun demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar