Minggu, 18 Oktober 2015

Tugas Makalah Pendidikan Jasmani dan Olahraga : Permainan Tradisional Benteng

PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Jasmani dan Olahraga

oleh:
Seni Ida Fazriah (1404390)


DEPARTEMEN PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan makalah dengan judul Permaian Tradisional Benteng ini dapat terselesaikan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
            Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang telah senantiasa membimbing penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
            Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memberikan informasi serta menambah wawasan kepada para pembaca mengenai permainan tradisional benteng yang saat ini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Sehingga penulis tertarik untuk mengulas kembali permainan tradisional tersebut.
            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan khususnya dalam penyajian materi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sebagai masukan untuk kami di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 16 Oktober 2015
Penulis



DAFTAR ISI









BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin canggihnya teknologi, anak-anak masa kini lebih akrab dengan gadget-nya sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa ketika mereka bermain dengan gadget-nya tersebut akan menimbulkan sifat individualis dan anti-sosial. Sosialisasi dengan teman sebayanya itu sangatlah penting, mengingat hakikat manusia yang dilahirkan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Apalagi diusia anak-anak yang cenderung ingin menemukan hal-hal baru dari orang-orang disekitarnya.
Zaman dahulu sebelum teknologi canggih bermunculan, anak-anak lebih sering menghabiskan waktunya bermain diluar bersama teman sebayanya. Banyak sekali permainan tradisional yang mereka mainkan. Permainan-permainan tersebut memiliki banyak manfaat dan berbagai pelajaran yang dapat diambil. Hanya saja pada masa sekarang permainan-permainan tersebut sudah jarang dimainkan.
Salah satu permainan tradisional yang menyenangkan adalah permainan benteng. Dimana dalam permainan tersebut terdapat berbagai pelajaran yang dapat diambil. Misalnya, belajar untuk sportifitas, kekompakan, dan kebersamaan.

1.2     Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah, sebagai berikut.
1.      Bagaimana asal usul permainan tradisional benteng?
2.      Apa saja alat-alat yang harus dipersiapkan untuk memainkan permainan tradisional benteng?
3.      Bagaimana cara bermain permainan tradisional benteng?
4.      Apa saja manfaat dari permainan tradisional benteng?

1.3     Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah, sebagai berikut.
1.      Memahami asal usul permainan tradisional benteng.
2.      Mengetahui alat-alat yang dibutuhkan dalam permainan tradisional benteng.
3.      Memahami cara bermain permainan tradisional benteng.
4.      Mengetahui manfaat dari permaian tradisional benteng.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1     Pengertian Permainan Tradisional Benteng

Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiangbatu atau pilar sebagai “benteng”. Olahraga tradisional “benteng” merupakan permainan asli budaya bangsa Indonesia yang berkembang diberbagai daerah di Indonesia dengan nama permainan berbeda. Dalam buku Peraturan Permainan Benteng yang diterbitkan Direktorat Keolahragaan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1985, menyebutkan bahwa sejarah perkembangan permainan “benteng” ini tidak diketahui dengan pasti, yang jelas sejak masa anak-anak dan dimasa generasi kakek dan nenek, permainan ini sudah dikenal, digemari dan dimainkan oleh rakyat.
Permainan ini disebut “benteng”, karena masing-masing regu pada hakikatnya berusaha saling menyerang dan mempertahankan bentengnya, juga berusaha menghindarkan diri dari tangkapan/sentuhan musuhnya agar tidak tertawan. Permainan olahraga tradisional ini sangat menarik, walaupun dibeberapa daerah mempunyai nama dan sebutan berbeda, namun hakekatnya permainannya hampir serupa. Dikatakan hampir serupa, karena ada perbedaan yang tidak merubah makna dan pengertian untuk saling mempertahankan bentengnya.
Dalam buku tersebut juga menjelaskan bahwa data yang diperoleh, permainan yang hampir bersamaan dengan permainan ini ada juga di daerah lainnya, seperti (1) Provinsi Lampung, nama permainannya : Main Benteng, Gamit Tikam, dan Kecubung Minta Api (2) Provinsi Jambi namanya : Merebut Benteng (3) Provinsi Kalimantan Tengah namanya Tawanan (4) Provinsi Nusa Tenggara Timur namanya Hakdiuk Lise (5) Provinsi Bengkulu namanya Sekejar (6) Daerah Khusus Ibukota Jakarta namanya Benteng. Di Provinsi Jawa Timur juga terdapat permainan yang mirip namun berbeda nama dan memiliki ciri khas berbeda dari daerah lainnya, seperti di daerah Kabupaten Pamekasan diberi nama “Chu”, sedangkan di daerah Jember diberi nama “Chucuan”. Bentuk permainannya sama, tetapi ketika berlari dan mengejar lawan wajib membunyikan kata “Chuuuuuuuuu”, tidak boleh berhenti ketika belum kembali pada posisi bentengnya.
Permainan “Benteng” adalah salah satu permainan asli rakyat Indonesia yang perlu dibina dan dilestarikan, mengingat dalam permainan tersebut mengandung unsur positif dan mempunyai sifat permainan untuk perlu dilestarikan, yaitu mengandung unsur massal, murah, manarik, serta menggembirakan. Secara terselubung bahwa olahraga permainan “Benteng” ini merupakan suatu kegiatan kebudayaan yang di dalamnya terdapat unsur kesehatan, sportifitas, keindahan, kejujuran, kesetiakawanan (solidaritas), keuletan, ketekunan, dan kebanggaan nasional apabila hal ini dilakukan secara teratur, terencana, dan terpimpin.

2.2     Alat yang Dibutuhkan dalam Permainan Benteng

Adapun alat-alat atau persiapan yang dibutuhkan untuk memainkan permainan tradisional benteng tersebut, adalah sebagai berikut.
1.      Tempat/Lapangan, bentuk persegi panjang, ukuran 50 m x 50 m, daerah benteng berbentuk lingkaran berdiameter 3 meter. Lingkaran tersebut dengan jarak 10 meter dari garis belakang dan garis samping. Lapangan ditandai dengan garis selebar 5 cm. Sedangkan daerah tawanan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 meter x 1 meter.
2.      Peralatan, meliputi: (a) Bendera dua helai 30 cm x 20 cm dengan warna yang berbeda; (b) Tiang bendera dua meter dari permukaan tanah dengan garis menengah 5 cm; (c) Garis menggunakan kapur/cat/line paper; (d) Sempritan; (e) Jam/stopwatch; dan (f) nomor dada.
3.      Waktu dan lamanya permainan 2 x 25 menit dengan istirahat 10 menit.
4.      Setiap regu terdiri dari 10 orang, cadangan 2 orang.
Cukup mudah dan tidak diperlukan biaya yang besar untuk memainkan permainan tradisional benteng tersebut. Peralatan yang digunakan pun bisa diganti dengan alat lain yang memungkinkan untuk tidak mengeluarkan biaya.

2.3     Cara Bermain Permainan Benteng

Cara memainkan permainan ini, cukup terbilang mudah. Berikut adalah cara-cara atau langkah-langkah memainkan permainan tradisional benteng.
1.      Sebelum permainan dimulai diadakan undian.
2.      Regu yang menang undian memulai permainan dengan cara keluar dari benteng untuk memancing lawan.
3.      Setiap pemain berfungsi sebagai pemancing atau yang dikejar dan juga sebagai pengejar. Ia akan menjadi pengejar regu lawan, apabila lawan lebih dahulu meninggalkan bentengnya dan ia akan menjadi orang yang dikejar oleh lawan apabila ia belakangan meninggalkan bentengnya.
4.      Anggota regu yang tertangkap akan menjadi tawanan dari pihak lawan.
5.      Cara menangkap cukup dengan menyentuh bagian badan dari lawan.
6.      Tawanan yang berkumpul di daerah tawanan, dapat bebas kembali apabila teman regunya yang belum tertangkap dapat membebaskan dengan jalan menyentuh bagian badannya. Tawanan yang lebih dari satu orang, semuanya dapat dibebaskan dengan jalan menyentuh salah seorang tawanan apabila satu sama lain dalam keadaan berpegangan/bergendengan.
7.      Kapten regu ditandai dengan ban/pita dilengan kanan dan bertugas mengatur setiap anggota regunya. Bila kapten regu tertangkap, tugas diserahkan kepada salah seorang anggota regu.
8.      Benteng satu regu dinyatakan terbakar, apabila salah seorang dari regu lawan dapat membakar benteng dengan cara menginjakkan salah satu kakinya di daerah benteng lawan.
9.      Setelah salah satu regu benteng terbakar, permainan dilanjutkan dengan regu yang berhasil membakar berfungsi sebagai pemancing.
10.  Pemain yang keluar dari garis lapangan permainan dianggap tertangap.
11.  Pergantian pemain berlangsung setiap regu diperbolehkan mengadakan pergantian pemain sebanyak 2 kali.
12.  Wasit, pembantu wasit, dan pencatat: (a) Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit dan dua orang pembantu wasit; (b) Tugas wasit, memimpin jalannya pertandingan; (b) Tugas pembantu wasit ialah membantu wasit, khusus dalam hal memancing, mengawasi garis, mengawasi tahanan dan pembakaran benteng; (d) Pencatat bertugas mencatat nilai yang diperoleh masing-masing regu dan mengawasi penggantian pemain.
13.  Penilaian dan pentuan pemenang: (a) Regu yang dapat membakar benteng lawannya mendapat nilai satu, regu yang paling banyak membakar benteng lawannya dinyatakan sebagai pemenang; (b) Apabila pada akhir pertandingan kedua regu mendapat nilai yang sama, maka diadakan pertandingan perpanjangan 2 x 5 menit tanpa istirahat; (c) Apabila masih tetap sama, maka ditentukan dengan undian/tos.

2.4     Manfaat Permainan Benteng

Dalam suatu permainan tradisional, selain menyenangkan tentunya terdapat pelajaran dan pesan moral yang dapat diambil. Ternyata permainan benteng ini memiliki banyak manfaat yang tidak semua anak-anak menyadarinya. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Dapat melatih kecepatan dan kelincahan dalam berlari.
2.      Dapat melatih daya tahan serta kekuatan karena dalam permainan ini pemain dituntut untuk terus berlari.
3.      Selain itu permainan ini juga dapat memupuk kerja sama antar kelompok.
Jadi, permainan “benteng” ini selain menyenangkan dan menghibur juga bisa memberikan kebugaran jasmani. Permainan ini harus dilestarikan di tengah era globalisasi seperti zaman sekarang, karena sangat menghibur juga menyehatkan, serta banyak pelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III
PENUTUP


3.1     Kesimpulan

Dari pemaparan pada BAB 2, maka dapat disimpulkan bahwa benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiangbatu atau pilar sebagai “benteng”. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih “benteng” lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata “benteng”. Kemenangan juga bisa diraih dengan “menawan” seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi “penawan” dan yang “tertawan” ditentukan dari waktu terakhir saat si “penawan” atau “tertawan” menyentuh “benteng” mereka masing-masing. Selain permainan ini menyenangkan, banyak manfaat yang didapat oleh setiap orang yang memainkannya. Oleh sebab itu, permainan tradisional ini patut dilestarikan, termasuk permainan tradisional yang lainnya.

3.2     Saran

Saran yang dapat disampaikan, yaitu tetaplah melestarikan permainan-permainan tradisional, karena dalam permainan tersebut terdapat pelajaran yang dapat diambil dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, permainan tradisional mengajarkan kita untuk selalu bersosialisasi dengan orang-orang dibandingkan dengan memainkan permainan yang banyak terdapat di gadget pada masa sekarang.

DAFTAR PUSTAKA


Adisuyanto. (2012). “Olahraga Tradisional Benteng”. [Online]. Tersedia: http://ortrad.blogspot.co.id/2012/11/olahraga-tradisional-benteng.html yang direkam pada November 2012. [16 Oktober 2015].
Septria, Fanny. (2012). “Permainan Tradisional Benteng”. [Online]. Tersedia: http://fannyseptria.blogspot.co.id/2012/11/permainan-tradisional-benteng.html yang direkam pada November 2012. [16 Oktober 2015].

Wikipedia. “Benteng (permainan)”. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_(permainan) [16 Oktober 2015].

Kamis, 03 September 2015

Terakhir Untukmu

2 September 2015, 18:56
Seperti biasa pada malam ini aku mengetik coretan dengan suasana yang mungkin sedang kalut atau bimbang. Selain itu, malam ini Bandung terasa dingin. Entah cuma perasaanku saja. Aku tak pernah tahu dan aku belum berpikir coretan ini akan aku beri judul apa. Biarlah coretan ini tertulis dengan semestinya, mungkin diakhir coretan ini aku akan menemukan judul yang tepat. Tapi tak perlu khawatir, karena ketika kalian membaca coretan ini, kalian akan menemukan judulnya terpampang diatasnya.
Mungkin kalian akan bertanya-tanya, kenapa aku kembali membuat suatu coretan. Dan tentu saja kalian akan berpikir aku sedang berada dalam keadaan bimbang. Memang kenyataannya seperti itu. Untuk saat ini aku tidak ingin munafik yang selalu menyembunyikan segala sesuatunya di dalam suatu topeng. Aku ingin berterus terang saja bahwa memang aku tidak tahu perasaanku sedang berada dimana.
Orang yang ingin aku ceritakan masih sama seperti coretanku yang sebelumnya. Tapi sampai saat ini aku tidak akan memberitahukan siapa dia, bahkan inisial atau nama samarannya pun belum siap aku beritahukan pada kalian. Karena menurutku dengan menyebutkan inisialnya saja kalian akan sangat mudah menebaknya. Yang jelas dia adalah orang yang pernah menjadi bagianku yang waktunya mungkin cukup singkat bagiku, karena ketika semua itu berakhir aku merasa menyesalinya sampai saat ini.
Aku ingin meyakinkan bahwa coretan ini merupakan coretan terakhirku untuk membahas orang itu. Untuk dicoretan selanjutnya aku akan berusaha agar tidak menceritakan orang itu lagi. Karena ini berkaitan dengan keinginanku untuk melupakannya dan tidak pernah lagi menghadirkan dia dalam pikiranku yang sedang membuat suatu cerita sebelum tidur. Dimana hal tersebut senantiasa membuatku tersenyum ketika aku memikirkannya. Tapi jika sampai sekarang aku masih mempertahankan ingatanku tentangnya hanya akan membuatku semakin terpuruk dan tidak pernah mau keluar dari zona aman dengan segala harapan bodoh.
Entah apa yang sedang merasuki pikiranku hingga aku sangat ingin melupakannya secara total. Aku yang tadinya merasa belum siap untuk menghapus seluruh kontak dia di media sosial karena aku masih merasa ada harapan untuk memperbaiki semuanya, lagi pula itu bukan hal yang baik yang dapat memutuskan tali silaturahim. Tapi saat itu aku merasa harapanku itu tidak akan pernah tercapai bahkan tak pantas untuk aku harapkan. Jadi aku memilih untuk berhenti dan menyerah, membiarkan semuanya lenyap. Aku ingin semua tentangmu lenyap. Aku ingin seperti itu. Bisakah?
Aku tidak ingin menyesali apa yang telah aku lakukan demi melenyapkannya. Aku hanya ingin merasa bahwa aku melakukan hal yang tepat untuk melenyapkannya. Aku pasrah. Aku tidak ingin berharap lagi. Aku pesimis, sangat pesimis. Aku semakin merasa yakin bahwa aku telah dilenyapkannya terlebih dahulu. Entah apa yang ada dipikirannya. Yang aku tahu hatinya telah hilang untukku sejak beberapa waktu yang lalu.
Jika memang hal yang aku lakukan adalah tepat, maka aku akan merasa baik-baik saja. Tapi kenyataannya sampai saat ini aku tidak pernah merasa seperti itu. Aku tak pernah mengerti dengan pikiran dan perasaanku sendiri yang tidak pernah sejalan. Rasanya diusiaku yang sudah bukan remaja lagi tidak pantas untuk berada dalam posisi bimbang yang tak tahu jalan mana yang baik. Siapa pun kalian bisakah membantuku agar mulai terbiasa dengan kenyataan yang benar-benar ada di depanku saat ini?
Aku terus berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa yang aku lakukan ini memang benar dan merupakan kebaikan untuk kelanjutan kisah hidupku selanjutnya. Aku ini hanya manusia biasa yang tentunya memiliki hati dan perasaan. Terkadang aku merasa kuat dan kadang pula aku merasa lemah. Mungkin saat ini aku sedang berada pada titik lemahku karena berusaha untuk melenyapkan sesuatu yang sangat ingin dan bahkan memang seharusnya aku lenyapkan sejak dulu.
Aku akan mulai mengatakan bahwa ini adalah hari baruku, awal aku melangkah ke depan lebih jauh lagi. Masa lalu tetaplah disana, tidak perlu mengikuti langkahku lagi. Terlepas dari itu, aku sangat bahagia pernah menjadi bagian dari hati dan perasaanmu. Maafkan aku jika yang aku lakukan menurutmu terlihat konyol, tapi jika tidak begitu aku hanya akan terus berharap bodoh padamu. Terima kasih karena kau pernah menyediakan tempat di ruang hampamu untukku yang mungkin ruang hampa itu akan kembali terisi dengan seseorang yang baru dan bisa membuatmu lebih bahagia. Bahagialah dirimu. Aku pun akan demikian. Aku akan bahagia meski kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan aku. Maaf.

Sang Perusak Pikiran

21 Agustus 2015, 19:47 WIB

Hari sudah masuk pada jam malam, aku berada di kota kelahiranku, ya Bandung. Malam-malam seperti ini apa yang sedang aku pikirkan? Entahlah, tadinya aku ingin bungkam saja. Tetapi hal itu selalu merusak pikiranku kapan pun dan dimana pun. Tak tau apa penyebabnya, hanya saja itu selalu mengganggu kinerja otak kiri tapi meningkatkan kinerja otak kanan. Contohnya coretan ini.
Terkadang aku benci pada diriku sendiri yang selalu ingin tahu urusan orang lain yang sejatinya tidak ada kaitannya dengan kehidupanku. Aku heran, kenapa untuk yang satu ini selalu membuatku khawatir, cemas, dan ah begitulah! Siapa itu? Siapa dia? Apa aku mengenalnya? Atau dia mengenalku? Secara teknis dia adalah bagian dari bagian diriku. Kurang lebih seperti itu.
Entah apa yang ada dalam pikiranku, seolah-olah bagian itu bisa mengancamku. Aku merasa terancam secara batiniah, bukan lahiriah. Ketika aku memikirkan sesuatu, bagian itu datang. Ah, maunya apa? Seandainya aku berada di suatu waktu ketika aku mulai merasa terancam olehnya, aku tidak akan mencoba untuk mencari tahu siapa dia. Mungkin sampai sekarang aku akan baik-baik saja.
Hei, bolehkah aku menyebutmu sebagai “Sang Perusak Pikiran”? Karena memang kenyataannya seperti itu. Kau selalu hadir ketika aku sudah merasa baik, setelah itu aku kembali merasa buruk. Jika aku berpikir egois, sebenarnya apa kelebihanmu dibanding aku? Apakah kamu lebih pintar, lebih rupawan, atau lebih selebih-lebihnya dari apapun? Ah, kenapa aku ditakdirkan untuk mengetahui siapa dirimu.
Ya, kau pernah menjadi bagian dari bagian diriku. Itulah penyebab utamanya. Mungkin ini konyol, karena aku tahu kau sudah tidak pernah peduli dengan bagian itu. Tapi kenyataannya ketika kau menjadi bagian dari bagian diriku tidak dapat dihilangkan dari pikiranku. Mungkin belum untuk sekarang. Itu juga yang membuatku bersikap beda pada bagian diriku dahulu sehingga terjadi suatu perpecahan yang sebenarnya memang sudah digariskan oleh Tuhan. Alasan Tuhan melakukan itu aku pun tak pernah tahu sampai detik ini.
Lucu memang ketika aku sudah kehilangan bagian itu tetapi aku masih merasa terancam olehmu. Karena ketika bagian itu hilang, otomatis kau juga seharusnya menghilang dari pikiranku. Tapi kenyataannya aku belum sanggup. Kita pernah berada diposisi yang sama pada bagian yang sama. Dan sekarang pun kita berada di posisi yang sama pada bagian yang sama. Itu pernah menjadi bagianmu. Itu juga pernah menjadi bagianku.
Hei sang perusak pikiran! Kapan kau berhenti mengancamku? Dan kapan aku berhenti merasa terancam olehmu? Hal ini sungguh-sungguh merusak! Aku lelah, aku lelah, dan aku lelah! Untuk album foto yang telah usang, itu aku biarkan hilang dengan sendirinya. Tapi untuk kau sang perusak pikiran, aku sangat ingin menghilangkanmu sekarang juga.

Tapi disisi lain, aku pun ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Berkat dirimu, aku menjadi tahu dan inilah pengalaman hidupku yang mungkin bisa aku jadikan pembelajaran dan menceritakannya kepada orang lain yang pernah mengalami hal yang sama. Segeralah pergi, aku melarangmu untuk hadir kembali di bagianku yang saat ini sudah hilang. Hiduplah bersama bagian lain dengan tenang, tidak perlu melihat kebelakang yang sudah tak kau pedulikan lagi. Ku harap kau menyadari dan melakukan apa yang aku inginkan. Sekarang giliranku yang mengenang bagian yang sudah hilang itu dan menyimpannya sebagai album foto yang telah usang.

Album Foto yang Telah Usang

Selasa, 18 Agustus 2015, 14:30 WIB
Masih pada hari yang sama, cuaca yang masih tetap panas dan cerah. Seketika aku memandang ke luar, aku selalu merasa ada hal yang hilang dan aku rindukan. Entah itu benda atau orang. Tapi sepertinya aku merindukan seseorang. Seseorang yang mungkin sudah hilang hatinya untukku. Apakah aku masih berhak merasakan hal ini? Aku rasa masih dan itu wajar, ya dan aku pun tidak ingin munafik. Entahlah aku tidak ingin memikirkan apakah ia merasakan hal yang sama atau tidak. Dalam hal ini aku ingin menjadi orang yang egois yang hanya memikirkan perasaanku saja, karena ini ceritaku bukan ceritanya, ini yang aku rasakan bukan yang ia rasakan, bagaimana alur ceritanya itu terserah pada diriku yang bercerita. Hei kau! Iya kau yang sedang aku bicarakan! Jika ingin menyanggah buatlah ceritamu sendiri.
Sesungguhnya di sisi lain aku benci merasakan hal ini, aku berpikir apa manfaatnya untukku selain melatih kekuatan ingatanku? Apa ini akan mengembalikan semuanya yang telah hilang? Walaupun bisa, pasti tidak akan sama seperti sebelumnya. Aku merasa menyerah tapi aku tidak merasa menjadi orang bodoh. Jika aku merasa demikian, mungkin aku tidak dapat membuat coretan ini. Aku lelah terus menerus memikirkannya, memikirkan ia dan segala kenangannya. Bahkan ketika tulisan ini dibuat aku masih memikirkannya. Untuk kau yang sedang aku bicarakan, bisakah kau hilang? Maksudku, hilang menjadi salah seorang yang selalu aku rindukan. Tuhan menciptakanmu dan meciptakanku untuk dapat bersama meskipun hanya sekejap mata. Entah apa yang Tuhan rencanakan, yang aku tahu adalah untuk membuatku belajar mengenal orang sepertimu dan mengenangmu ketika kehilangan.
Jika diibaratkan, kau itu adalah album foto yang telah usang. Kau telah lama menjadi bagian hidupku dan aku masih mengenangnya, meskipun sejatinya kau hadir hanya sekejap mata tapi aku berhasil menangkap segala hal ketika bersamamu sampai kau menjadi hal yang membuatku bosan dan ingin membersihkannya. Akan tetapi, aku tidak bisa membersihkannya, aku ingin mempertahankan ke-usangan tersebut dalam pikiranku sampai benar-benar usang. Dan jika di tahun 2099 warna dari setiap foto yang ada dalam album tersebut sulit untuk dibedakan karena sudah terlalu pudar bahkan lapuk. Begitupun dengan perasaanku padamu, biarlah itu menjadi pudar dengan sendirinya. Aku tidak ingin memaksakan bahwa aku harus melupakanmu dengan cepat. Itu tidak akan membuat semuanya baik-baik saja, tapi hanya akan membuatku membencimu. Dan kau tahu kebencian bukanlah hal yang disukai oleh Tuhan. Ingatlah pada awal paragraf cerita ini, aku ingin bersikap egois, aku tidak ingin memikirkan perasaanmu, biarlah hal ini berjalan dengan sendirinya tanpa perlu aku kendalikan.
Hei kau album foto yang telah usang! Bolehkah aku tahu kabarmu? Apa kau juga ingin tahu kabarku? Ketika aku merindukanmu, kau ingin tahu apa yang aku lakukan? Coretan ini adalah salah satu saksi ketika aku merindukanmu. Di sisi lain aku penasaran apakah yang kau rasakan, tapi biarlah itu menjadi rahasia hatimu bersama Tuhan. Aku tidak ingin ikut campur.
Hei kau album foto yang telah usang! Bisakah aku minta tolong sekali ini saja? Tolong do’akan aku bahagia dalam menjalani hidup, bahkan ketika aku merindukanmu kemudian memikirkanmu aku ingin merasa bahagia. Kau ingin tahu, aku sangat bahagia ketika mengenalmu bahkan sampai saat ini ketika kau tidak bersamaku, aku masih merasakan kebahagiaan itu. Mungkin ini terlihat konyol dan terlalu berlebihan, tapi biarlah ini ceritaku bukan ceritamu, aku ingin egois.

Aku teringat dengan kata-kata Pidi Baiq, katanya: “mantan adalah orang yang harus kau cintai, biar waktu dulu kau pernah bilang cinta itu gak bohong”. Dan memang benar aku mencintaimu itu tidak bohong. Sampai saat ini perasaanku padamu tetap sama. Sama seperti Milea yang sampai saat ini masih mencintai Dilan meskipun ia telah berkeluarga. Entah hukumnya seperti apa, itu haknya. Aku pun demikian.

Who am I? I am .....

Selasa, 18 Agustus 2015, 14:25 WIB.
Hai, hari ini cuacanya cerah sekali, cocok buat beli es krim di supermarket tapi nyampe rumah udah leleh duluan L yaahh gak jadi makan es krimnya. Oke, lupakan dulu es krimnya, ngomong-ngomong udah tau saya belum? Oh belum ya saya lupa belum kenalan. Sebenarnya saya bukan orang yang terkenal, saya itu orangnya gimana ya? Hmmm hahaha eh kok ketawa J iya jadi gini, saya itu disebut orang biasa-biasa aja sih engga juga, saya punya kelebihan tapi saya belum tau kelebihan saya itu apa, ya intinya saya pasti punya kelebihan lah dibanding orang lain, karena pada hakikatnya manusia itu bersifat heterogen, kalau sama semua pasti susah dibedakannya dong, hahaha kita berpikir logis saja guys.
Perkenalkan nama saya Seni Ida Fazriah, kalian boleh panggil saya Seni, kalau mau nulis nama saya gak usah full ya, saya sering menemukan banyak kesalahan ketika orang-orang menuliskan nama saya seluruhnya terutama di FAZRIAH-nya, ada yang ..... ah pokoknya mah kacau lah. Kadang suka sedih gitu, emang nama saya sesulit apa? L Ngomong-ngomong soal nama, sebenernya apa sih arti dari nama saya itu. Nah, menurut orang-orang yang saya anggap LUAR BIASA, secara etimologisnya seperti ini: Seni = Senin, Ida = Waktu, Fazriah = Fajar, jadi kalau digabungkan arti nama saya itu Senin Waktu Fajar. Ya, benar sekali saya dilahirkan pada hari Senin pukul 04.00 WIB. Secara geografis, saya lahir di Bandung kota yang penuh dengan kenangan bagi orang-orang yang menikmatinya. Apabila ditulis secara lengkap tempat tanggal lahir saya seperti ini: Bandung, 29 Agustus 1994. Ya, sebentar lagi umur saya berkurang lagi, tapi saya masih belum bisa berkontribusi dengan baik terutama kepada orangtua saya. Mungkin itulah hal yang bisa membuat saya merasa bahwa saya adalah orang yang punya kelebihan tapi belum tau kelebihannya apa.
Saat ini saya seorang mahasiswi angkatan 2014 di salah satu universitas negeri di Bandung, sebut saja UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) jurusan Pendidikan Manajemen Perkantoran. Bagaimana saya bisa berada di kampus tersebut? Tunggu cerita saya selanjutnya. Saya merupakan anak ke empat dari lima bersaudara, dan yang jelas dilahirkan oleh seorang ibu yang luar biasa ditemani oleh seorang ayah yang luar biasa juga, ah pokoknya kalau ngomongin mereka mata ini langsung berkaca-kaca.
Saya sebenarnya orang Bandung asli, tapi karena beberapa hal akhirnya pindah ke Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2000, tepatnya di daerah Rajamandala. Dan sekarang saya semakin merindukan Bandung, meskipun saya kuliah nge-kost di Bandung tapi beda kalau gak sama keluarga mah.
Kalau kata orang saya ini orangnya pendiam, jutek, dan sulit beradaptasi. Ada benarnya sih hahaha, tapi kalau udah lama kenal mah hilanglah prasangka itu. Sebenarnya saya ini orang baik, percaya gak? Percaya saja lah! Selera humor saya juga sebenarnya tinggi, tapi bukan humor yang “kodian” ya, maksud “kodian” itu humor yang garing gitu. Saya ini penikmat Stand Up Comedy golongan “garis keras”, pokoknya kalau di TV atau dimana pun ada acara itu pasti semangat. Tapi kalau disuruh nyobain Open Mic langsung mah kagak mau lah, hehehe. Ya, saya ini kemampuan public speaking-nya masih kurang, presentasi di kelas aja kadang suka gugup dan lupa mau ngomong apa padahal udah di konsep dengan baik sebelumnya, ini juga saya lupa mau ngomong apa.
Oke, saya lelah mungkin cukup segitu dulu saja perkenalannya biar kalian lebih penasaran, kalau semuanya dibeberin mah gak seru. Tunggu saja coretan-coretan saya yang lainnya.