Minggu, 18 Oktober 2015

Tugas Makalah Pendidikan Jasmani dan Olahraga : Permainan Tradisional Benteng

PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Jasmani dan Olahraga

oleh:
Seni Ida Fazriah (1404390)


DEPARTEMEN PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan makalah dengan judul Permaian Tradisional Benteng ini dapat terselesaikan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
            Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang telah senantiasa membimbing penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
            Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memberikan informasi serta menambah wawasan kepada para pembaca mengenai permainan tradisional benteng yang saat ini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Sehingga penulis tertarik untuk mengulas kembali permainan tradisional tersebut.
            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan khususnya dalam penyajian materi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sebagai masukan untuk kami di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 16 Oktober 2015
Penulis



DAFTAR ISI









BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin canggihnya teknologi, anak-anak masa kini lebih akrab dengan gadget-nya sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa ketika mereka bermain dengan gadget-nya tersebut akan menimbulkan sifat individualis dan anti-sosial. Sosialisasi dengan teman sebayanya itu sangatlah penting, mengingat hakikat manusia yang dilahirkan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Apalagi diusia anak-anak yang cenderung ingin menemukan hal-hal baru dari orang-orang disekitarnya.
Zaman dahulu sebelum teknologi canggih bermunculan, anak-anak lebih sering menghabiskan waktunya bermain diluar bersama teman sebayanya. Banyak sekali permainan tradisional yang mereka mainkan. Permainan-permainan tersebut memiliki banyak manfaat dan berbagai pelajaran yang dapat diambil. Hanya saja pada masa sekarang permainan-permainan tersebut sudah jarang dimainkan.
Salah satu permainan tradisional yang menyenangkan adalah permainan benteng. Dimana dalam permainan tersebut terdapat berbagai pelajaran yang dapat diambil. Misalnya, belajar untuk sportifitas, kekompakan, dan kebersamaan.

1.2     Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah, sebagai berikut.
1.      Bagaimana asal usul permainan tradisional benteng?
2.      Apa saja alat-alat yang harus dipersiapkan untuk memainkan permainan tradisional benteng?
3.      Bagaimana cara bermain permainan tradisional benteng?
4.      Apa saja manfaat dari permainan tradisional benteng?

1.3     Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah, sebagai berikut.
1.      Memahami asal usul permainan tradisional benteng.
2.      Mengetahui alat-alat yang dibutuhkan dalam permainan tradisional benteng.
3.      Memahami cara bermain permainan tradisional benteng.
4.      Mengetahui manfaat dari permaian tradisional benteng.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1     Pengertian Permainan Tradisional Benteng

Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiangbatu atau pilar sebagai “benteng”. Olahraga tradisional “benteng” merupakan permainan asli budaya bangsa Indonesia yang berkembang diberbagai daerah di Indonesia dengan nama permainan berbeda. Dalam buku Peraturan Permainan Benteng yang diterbitkan Direktorat Keolahragaan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1985, menyebutkan bahwa sejarah perkembangan permainan “benteng” ini tidak diketahui dengan pasti, yang jelas sejak masa anak-anak dan dimasa generasi kakek dan nenek, permainan ini sudah dikenal, digemari dan dimainkan oleh rakyat.
Permainan ini disebut “benteng”, karena masing-masing regu pada hakikatnya berusaha saling menyerang dan mempertahankan bentengnya, juga berusaha menghindarkan diri dari tangkapan/sentuhan musuhnya agar tidak tertawan. Permainan olahraga tradisional ini sangat menarik, walaupun dibeberapa daerah mempunyai nama dan sebutan berbeda, namun hakekatnya permainannya hampir serupa. Dikatakan hampir serupa, karena ada perbedaan yang tidak merubah makna dan pengertian untuk saling mempertahankan bentengnya.
Dalam buku tersebut juga menjelaskan bahwa data yang diperoleh, permainan yang hampir bersamaan dengan permainan ini ada juga di daerah lainnya, seperti (1) Provinsi Lampung, nama permainannya : Main Benteng, Gamit Tikam, dan Kecubung Minta Api (2) Provinsi Jambi namanya : Merebut Benteng (3) Provinsi Kalimantan Tengah namanya Tawanan (4) Provinsi Nusa Tenggara Timur namanya Hakdiuk Lise (5) Provinsi Bengkulu namanya Sekejar (6) Daerah Khusus Ibukota Jakarta namanya Benteng. Di Provinsi Jawa Timur juga terdapat permainan yang mirip namun berbeda nama dan memiliki ciri khas berbeda dari daerah lainnya, seperti di daerah Kabupaten Pamekasan diberi nama “Chu”, sedangkan di daerah Jember diberi nama “Chucuan”. Bentuk permainannya sama, tetapi ketika berlari dan mengejar lawan wajib membunyikan kata “Chuuuuuuuuu”, tidak boleh berhenti ketika belum kembali pada posisi bentengnya.
Permainan “Benteng” adalah salah satu permainan asli rakyat Indonesia yang perlu dibina dan dilestarikan, mengingat dalam permainan tersebut mengandung unsur positif dan mempunyai sifat permainan untuk perlu dilestarikan, yaitu mengandung unsur massal, murah, manarik, serta menggembirakan. Secara terselubung bahwa olahraga permainan “Benteng” ini merupakan suatu kegiatan kebudayaan yang di dalamnya terdapat unsur kesehatan, sportifitas, keindahan, kejujuran, kesetiakawanan (solidaritas), keuletan, ketekunan, dan kebanggaan nasional apabila hal ini dilakukan secara teratur, terencana, dan terpimpin.

2.2     Alat yang Dibutuhkan dalam Permainan Benteng

Adapun alat-alat atau persiapan yang dibutuhkan untuk memainkan permainan tradisional benteng tersebut, adalah sebagai berikut.
1.      Tempat/Lapangan, bentuk persegi panjang, ukuran 50 m x 50 m, daerah benteng berbentuk lingkaran berdiameter 3 meter. Lingkaran tersebut dengan jarak 10 meter dari garis belakang dan garis samping. Lapangan ditandai dengan garis selebar 5 cm. Sedangkan daerah tawanan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 meter x 1 meter.
2.      Peralatan, meliputi: (a) Bendera dua helai 30 cm x 20 cm dengan warna yang berbeda; (b) Tiang bendera dua meter dari permukaan tanah dengan garis menengah 5 cm; (c) Garis menggunakan kapur/cat/line paper; (d) Sempritan; (e) Jam/stopwatch; dan (f) nomor dada.
3.      Waktu dan lamanya permainan 2 x 25 menit dengan istirahat 10 menit.
4.      Setiap regu terdiri dari 10 orang, cadangan 2 orang.
Cukup mudah dan tidak diperlukan biaya yang besar untuk memainkan permainan tradisional benteng tersebut. Peralatan yang digunakan pun bisa diganti dengan alat lain yang memungkinkan untuk tidak mengeluarkan biaya.

2.3     Cara Bermain Permainan Benteng

Cara memainkan permainan ini, cukup terbilang mudah. Berikut adalah cara-cara atau langkah-langkah memainkan permainan tradisional benteng.
1.      Sebelum permainan dimulai diadakan undian.
2.      Regu yang menang undian memulai permainan dengan cara keluar dari benteng untuk memancing lawan.
3.      Setiap pemain berfungsi sebagai pemancing atau yang dikejar dan juga sebagai pengejar. Ia akan menjadi pengejar regu lawan, apabila lawan lebih dahulu meninggalkan bentengnya dan ia akan menjadi orang yang dikejar oleh lawan apabila ia belakangan meninggalkan bentengnya.
4.      Anggota regu yang tertangkap akan menjadi tawanan dari pihak lawan.
5.      Cara menangkap cukup dengan menyentuh bagian badan dari lawan.
6.      Tawanan yang berkumpul di daerah tawanan, dapat bebas kembali apabila teman regunya yang belum tertangkap dapat membebaskan dengan jalan menyentuh bagian badannya. Tawanan yang lebih dari satu orang, semuanya dapat dibebaskan dengan jalan menyentuh salah seorang tawanan apabila satu sama lain dalam keadaan berpegangan/bergendengan.
7.      Kapten regu ditandai dengan ban/pita dilengan kanan dan bertugas mengatur setiap anggota regunya. Bila kapten regu tertangkap, tugas diserahkan kepada salah seorang anggota regu.
8.      Benteng satu regu dinyatakan terbakar, apabila salah seorang dari regu lawan dapat membakar benteng dengan cara menginjakkan salah satu kakinya di daerah benteng lawan.
9.      Setelah salah satu regu benteng terbakar, permainan dilanjutkan dengan regu yang berhasil membakar berfungsi sebagai pemancing.
10.  Pemain yang keluar dari garis lapangan permainan dianggap tertangap.
11.  Pergantian pemain berlangsung setiap regu diperbolehkan mengadakan pergantian pemain sebanyak 2 kali.
12.  Wasit, pembantu wasit, dan pencatat: (a) Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit dan dua orang pembantu wasit; (b) Tugas wasit, memimpin jalannya pertandingan; (b) Tugas pembantu wasit ialah membantu wasit, khusus dalam hal memancing, mengawasi garis, mengawasi tahanan dan pembakaran benteng; (d) Pencatat bertugas mencatat nilai yang diperoleh masing-masing regu dan mengawasi penggantian pemain.
13.  Penilaian dan pentuan pemenang: (a) Regu yang dapat membakar benteng lawannya mendapat nilai satu, regu yang paling banyak membakar benteng lawannya dinyatakan sebagai pemenang; (b) Apabila pada akhir pertandingan kedua regu mendapat nilai yang sama, maka diadakan pertandingan perpanjangan 2 x 5 menit tanpa istirahat; (c) Apabila masih tetap sama, maka ditentukan dengan undian/tos.

2.4     Manfaat Permainan Benteng

Dalam suatu permainan tradisional, selain menyenangkan tentunya terdapat pelajaran dan pesan moral yang dapat diambil. Ternyata permainan benteng ini memiliki banyak manfaat yang tidak semua anak-anak menyadarinya. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Dapat melatih kecepatan dan kelincahan dalam berlari.
2.      Dapat melatih daya tahan serta kekuatan karena dalam permainan ini pemain dituntut untuk terus berlari.
3.      Selain itu permainan ini juga dapat memupuk kerja sama antar kelompok.
Jadi, permainan “benteng” ini selain menyenangkan dan menghibur juga bisa memberikan kebugaran jasmani. Permainan ini harus dilestarikan di tengah era globalisasi seperti zaman sekarang, karena sangat menghibur juga menyehatkan, serta banyak pelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III
PENUTUP


3.1     Kesimpulan

Dari pemaparan pada BAB 2, maka dapat disimpulkan bahwa benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiangbatu atau pilar sebagai “benteng”. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih “benteng” lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata “benteng”. Kemenangan juga bisa diraih dengan “menawan” seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi “penawan” dan yang “tertawan” ditentukan dari waktu terakhir saat si “penawan” atau “tertawan” menyentuh “benteng” mereka masing-masing. Selain permainan ini menyenangkan, banyak manfaat yang didapat oleh setiap orang yang memainkannya. Oleh sebab itu, permainan tradisional ini patut dilestarikan, termasuk permainan tradisional yang lainnya.

3.2     Saran

Saran yang dapat disampaikan, yaitu tetaplah melestarikan permainan-permainan tradisional, karena dalam permainan tersebut terdapat pelajaran yang dapat diambil dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, permainan tradisional mengajarkan kita untuk selalu bersosialisasi dengan orang-orang dibandingkan dengan memainkan permainan yang banyak terdapat di gadget pada masa sekarang.

DAFTAR PUSTAKA


Adisuyanto. (2012). “Olahraga Tradisional Benteng”. [Online]. Tersedia: http://ortrad.blogspot.co.id/2012/11/olahraga-tradisional-benteng.html yang direkam pada November 2012. [16 Oktober 2015].
Septria, Fanny. (2012). “Permainan Tradisional Benteng”. [Online]. Tersedia: http://fannyseptria.blogspot.co.id/2012/11/permainan-tradisional-benteng.html yang direkam pada November 2012. [16 Oktober 2015].

Wikipedia. “Benteng (permainan)”. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_(permainan) [16 Oktober 2015].